Monday, July 27, 2009

audeo

Bukan sekadar khayalan atau seperti film-film sains, kini Anda bisa berbicara tanpa perlu mengeluarkan suara. Tapi cukup dengan pikiran dengan bantuan sebuah alat bernama Audeo. Ketika menelepon, misalnya, Anda tak perlu membuka mulut. Ini karena alat yang dipasang di leher ini akan menerjemahkan sinyal syaraf pikiran dan mengirimnya menjadi gelombang radio ke komputer, kemudian komputer akan menerjemahkannya menjadi suara bagi si pendengar.

Hebatnya, Audeo yang dikembangkan oleh Michael Callahan ini memungkinkan orang untuk mengendalikan kursi roda hanya dengan kekuatan pikiran. Namun, sayangnya alat ini tidak dapat membaca pikiran-pikiran tersembunyi.

"Pengguna harus memikirkan secara detail kata-kata yang harus diterjemahkan menjadi suara oleh Audeo, karena alat ini tidak mampu membaca pikiran-pikiran yang tersembunyi,"ujar Callahan.

Sayangnya, kemampuan alat tersebut masih terbatas. Audeo hanya mampu mampu memahami sekitar 150 kata dan frase. Namun, sebelum tahun 2009 kemampuan Audeo diharapkan meningkat.

Tak hanya menerjemahkan kata atau frase tapi juga fonem (satuan terkecil dalam bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna).
arthazone

bener gitu??

Suatu kondisi komunikasi dimana, tanpa mengeluarkan suara, lawan bicara kita sudah memahami apa yang kita bicarakan (dalam hati), apa yang kita maksud (dalam batin).
Berbicara disini bukan saja komunikasi verbal, tapi juga komunikasi tertulis.
Marah misalnya, bagaimana kita mengkomunikasikan dengan baik kepada orang lain kemarahan kita tanpa bersuara? Tanpa ekspresi misalnya. Untuk hal ini, Pak Harto punya kemampuan sempurna.

Pertanyaannya, apakah komunikasi seperti ini sehat? Dalam komunikasi politik cara seperti ini tentu punya implikasi negatif. Lari dari tanggung jawab. Buang badan.

Sekarang kalau di bawa ke wilayah yang lain. Berbicara tanpa suara ini bisa di masukkan ke dalam komunikasi dengan pasangan hidup, atau pacar, atau teman.

Dengan pacar aja deh biar mudah. Misalnya, dalam benak kita ingin sekali kita menanyakan dengan siapa pacar kita pergi suatu malam. Pertanyaan tersebut tiba-tiba muncul dalam benak kita, belum sempat terucap, pacar kita mengatakan: “pergi dengan teman-teman”. Ah anda pasti mengatakan, kalau sudah terbiasa, apalagi dengan pacar, itu bisa saja terjadi karena sudah menjadi kebiasaan. Bagaimana kalau saya mengatakan kalau komunikasi itu bisa terjadi dengan orang yang baru kita kenal? Anda percaya? Saya pernah mengalaminya!

Apakah komunikasi yang tidak biasa ini tercipta karena dia “soulmate” kita?

reza yazdi